Selasa, 20 Maret 2012

Idul Fitri: Kemenangan dan cobaan


KHUTBAH IDUL FITRI

Idul Fitri: Kemenangan dan cobaan

Ketahuilah bahwa Allah ta’ala menjadikan kehidupan dunia ini sebagai ujian dan
cobaan bagi hamba-hambanya agar diketahui siapakah dari hambaNya yang mentataiNya
dan siapa yang mendurhakaiNya: Dialah Allah yang menciptakan kematian dan
kehidupan untuk menguji kalian, manakah di antara kalian yang paling baik amalnya, dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun)

Orang yang berbahagia adalah orang yang mampu menjadikan kehidupannya
sebagai bekal menuju perjalanan panjang ke akherat kelak.
Ma’asyiral muslimin yahdikumullah…
Saat ini semua umat Islam diseluruh penjuru negeri bergembira menyambut Idul
Fitri, yang memang merupakan waktu yang diajarkan oleh Islam untuk bergembira.
Karena memang inilah hari raya kita, hari raya dimana kita bias bergembira menyambut
kedatangannya. Ada banyak hari di mana orang biasanya bergembia dan berpesta, kita
tidak akan hanyut pada hari-hari di mana orang lain berpesta, karena kita sebagai orang
Islam memiliki hari raya sendiri yang ajarkan oleh Allah yakni hari raya idul fitri dan hari
raya qurban.
Kegembiraan kita di hari raya ini merupakan perwujudan rasa syukur kita kepada Allah
swt atas segala karunia dan nikmat yang telah kita terima, baik karunia lahir maupun
batin. Khususnya kita bersyukur bahwa kita mampu dan masih diberi kesempatan
melaksanakan puasa dan qiyam lail. Yang pahalanya tidak terhitung nilainya di sisi Allah
swt. Allah berfirman bahwa orang yang senantiasa bersyukur terhadap Allah pastilah
Allah akan menambah karunia, dan barang siapa yang mengingkari nikmat Allah maka
Allah menjanjikan adzab yang sangat pedih. Dan ketahuilah bahwa janji Allah pada
saaatnya nanti pasti akan terjadi.
Shalawat dan salam kepada junjungan nabi kita, nabi Muhammad saw, yang telah
mengajarkan bagaimana mengenal Allah sang Pencipta kita dan jagad raya ini. Nabi yang
telah mengajarkan kepada kita bagaimana menyembah Allah dengan benar sehingga kita
menjadi sebaik-baik umat manusia di muka bumi. Maka kiat senantiasa memanjatkan
salawat dan salam atas beliau sebagaimana Allah dan para malaikatpun bershalawat pada
Rasulullah karena demikian agungnya sosok nabi Muhammad di hadapan Allah dan para
malaikat. Al ahzab (33):56

56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[1229]. Hai orangorang
yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya[1230].

Muslimin yang berbahagia..
Marilah kita sambut hari raya idul fitri ini dengan takbir mengumadangkan
kebesaran Allah swt. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar kabira….Karena Allah
sajalah yang berhak untuk diagung-agungkan, barang siapa yang mengagungkan selain
Allah maka ia termasuk orang yang melampui batas dan telah berbuat kesyirikan yang
nyata.
Lihatlah diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar, gumedhe,
jumawa seolah-olah semua manusia kecil dan harus takluk dihadapan kita. Kita berlagak
seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala keadaan. Tidakkah kita sadar, bahwa
kita sesungguhnya tidak lain adalah makhluk yang sangat-sangat lemah, maka kepada
siapa lagi kita berharap selain kepada Allah swt yang telah menciptakan kita dan dengan
kasih saying Allahlah kita diberi kesempatan menikmati hidup di dunia milik Allah ini.
Maka apa sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke masjid ?
Apakah yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk ke tanah bersujud di
hadapan Allah ?
Apakah yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan dzikir dan takbir
??
Apakah yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ?
Apakah yang menahan pikirankita sehingga tidak mendambakan surga ?
Apakah yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ?
Apakah yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan cenderung
memperturutkan hawa nafsu padahal hawa nafsu itu mendorong kepada kejelekan
Apakah kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga sedemikan lantang kita
durhaka kepada Allah. Na’udzu billah min dzalik…
Ma’syiral muslimin rahimakumullah…
Berbahagialah kita karena hingga saat ini kita dimudahkan oleh Allah untuk
bersujud, rukuk, dihadapan Allah. Janganlah karena perilaku kita yang menetang Allah
menjadikan Allah semakin murka kepada kita. Janganlah karena kesombongan dan
kebodohan kita menjadi sebab terhalangnya kita dari jalan surga dan menghalangi kita
mendekati Allah swt. Maka bersyukur kepada Allah atas segala karunia ini. Karunia iman
dan islam. Apalah artinya kesenangan sesaat di dunia tapi membawa penyesalan
berkepanjangan di akherat kelak.
Apakah selepas ramadhan semakin dekat dengan Islam ataukah justru semakin
jauh ?? hanya diri kita sendiri yang nanti akan membuktikan.
Ada dua sikap yang ditunjukkan manusia ketika menghadapi nikmat atau cobaan.
Yakni pertama sikap syukur dan kedua sikap kufur. Ibrahim(14):7

Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Marilah kita coba melihat satu persatu. Kita apakah kita termasuk hamba yang bersyukur
atau yang kufur.
Kita hitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita (dan kita sesungguhnya tidak
akan pernah mampu menghitung nikmat Allah)
Allah telah memberikan kita badan yang sehat lengkap, semua berfungsi sebagaimana
mestinya. Satu saja dari anggota badan kita ini tidak berfungsi sungguh betapa
tersiksanya kita. Kita punya dua mata, satu mata sakit ringan untuk beberapa hari saja,
ingat …bukan sakit berat, serasa keseimbangan badan kita menjadi oleng, mata terasa
mau copot. Belum anggota badan yang lain. Pernahkah kita bersyukur, ingat kepada
Allah….bahwa Allah telah memberi kita bentuk yang sedemikian sempurna. Pernahkah
terucap tabarakallah ahsanul khalikin (terpujilah Allah dzat sebaik-baik pencipta) atau
justru kita tidak ingat Allah sama sekali.
Allah memberikan hewan ternak dan panen yang cukup untuk kita makan, bersyukurkah
kita kepada Allah atas rezki ini ?? Ingatkah kita kepada Allah, dzat yang memberi rezki
atas selama ini yang kita makan ??? . Ataukah justru kita mengingkari Allah karena Allah
memberi panen tidak seperti yang kita harapkan. Ataukah justru kita lupa kepada Allah
dan bahkan malah ingat kepada sesuatu yang kita anggap mbau rekso panen kita.??
Allah memberikan kepada kita anak-anak yang sanagt kita dambakan, ingatkah bahwa
Allah yang memberikan kita keturunan ataukah justru kita lalai mengingat Allah karena
anak-anak kita ?
Allah memberikan kita perniagaan dan perdangan yang laris, bersyukurkah kita bahwa
Allah ataukah justru kita lalai kepada Allah karena kesibukan kita kepada perdangan
tersebut.
Ingatlah kisah anak paman nabi Musa yang bernama Qarun, ia sesungguhnya adalah
termasuk hamba Allah yang shaleh pada awal mulanya, memiliki suara yang merdu,
manakala membaca kitab Taurat maka hati dan jiwa akan khusuk mnyimak firman Allah
tersebut. Karena kesalehannya Allah memberi karunia perbedandaharaan harta benda
yang tak terkira banyaknya. Kunci-kunci gudang perbendaharaan hartanya tidak mampu
dipikul sejumlah orang kuat pada masa itu. Tapi apa akhhir dari qarun ini, ia tidak mau
bersyukur kepada Allah, ia lupa dan lalai kepada Allah, dikiranya harta itu adalah jerih
payah dari ilmunya. Qarun berkata bahwa harta benda itu didapat karena ilmunya sendiri
(al qashash (28):78):

Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya
diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. dan Apakah ia tidak mengetahui,
bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat
daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada
orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
Ia tidak menyadari bahwa hartanya itu adalah karunia dan kemurahan
Allah kepada dirinya. Karena Allah dzat maha pemberi rizki. Karena lalai, maka
Allah menenggelamkan dirinya dan hartanya ke dalam bumi. Itulah balasan orang
yng tidak mau bersyukur kepada Allah.
Maka berkatalah orang-orang yang dulu menginginkan harta seperti qarun:
berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari
hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya
atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak
beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).” (al qashash (28): 82)

Sulaiman alaih salam, seorang nabi dan raja diraja meng menguasai dunia manusia dan
binantnag, laut dan daratan serta udara, baik dunia kasat mata maupun dunia yang tidak
kasat mata. Beliau mampu memahami bahasa binantang. Maka tatkala ia mendengar
suara semut. Ia ingat Allah swt seraya berdo’a : “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk
tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan
masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.
(an naml:19)

Di sisi lain iapun bersyukur atas segala karunia yang telah diterimanya iapun berkata: “Ini
Termasuk kurnia Tuhanku untuk mengujiku aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-
Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia” (an
naml: 40)

Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya
mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hambahambanya
yang beriman.” (an naml: 15)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah..
Demikianlah teladan yang diberikan Nabi Sulaiman ketika mendapat karunia dari Allah
swt.
Begitu pula ketika seseorang mendapat musibah baik pada dirinya, keluarganya,
harta bendanya atau lingkungannya. Apakah ia akan ingat kepada Allah dengan minta
ampunan dan istighfar. Ataukah justru berpaling dari Allah segala tindakan kemungkaran
dan kesyirikan.
Ayyub, Nabi Allah yang begitu tabah mendapatkan cobaan merupakan teladan yang baik
dalam hal ini. Ketika Allah karuniakan anak-anak yang shalih, istri yang shalihah, kebun
dan ternak yang banyak hasilnya, tidak menambah apa – apa selain rasa syukur kepada
Allah swt. Hingga akhirnya ia diuji dengan kehilangan semuanya, tetapi tidak
mengurangi rasa syukurnya kepada Allah maka Allah mengembalikan semuanya kepada
Nabi Ayyub. Bahkan ia tetap memuji Allah dengan berkata: “(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang.” Al anbiya(21): 83.
Ma’asyiral muslimin arsyadakumullah….
Hakekat hidup adalah ujian dan cobaan, maka barang siapa yang lulus darinya Allah akan
meninggikan derajatnya dan memberikan karunianya di dunia ini maupun di akherat
kelak. Akan tetapi siapa yang tidak lulus ujian dan menjadi durhaka maka kehinaan dan
kenistaan akan diterimanya di dunia dan di akherat kelak.
Apakah kita akan mengatakan kami beriman kepada Allah sebelum Allah
menerimakan cobaan kepada kita sebagaimana orang-orang beriman jaman dahulu
menerima cobaan. Sehingga bisa diketahui dengan benar siapa hamba Allah yang
sebenarnya/bersyukur dan siapa yang dusta/kufur. (al ankabut (29):2)

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?

3. Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.
Kalau ada musibah kemudian orang cenderung mengkaitkan musibah itu dengan klenik, syirik,
sesaji, larung dan sebagainya maka bias dipastikan bahwa hal tersebut merupakan kemungkaran yang
bertentangan dengan ajaran Islam, karena semua hal adalah miliki Allah, dzat yang memberi manfaat dan
mudharat, maka semestinya bila ditimpa musibah segera minta ampun, beristighfar memperbanyak dzikir
dan ingat serta kembali kepada Allah, bukan mencari jalan keluar yang justru menambah kemurkaan Allah.
Sebaliknya bila mendapatkan karunia segera ingat bahwa hal tersebut atas karunia Allah semata
sehingga semakin menambah rasa syukurnya kepada Allah, dan tidak akan menjerumuskannya pada
pengagungan diri sendiri.
Maka idul fitri ini sekaligus kemenangan kita menahan hawa nafsu kejelakan selama ini sekaligus
sebagai ujian keimanan bagi kita kaum muslimin untuk menghadapi tahun-tahun mendatang. Semoga Allah
menguatkan hati kita untuk teguh perpegang kepada Allah ta’ala.
Wallahu a’alm bishwab.

Ini barangkali renungan kita di sela-sela kita merayakan idul fitri sehingga hari raya kita
tetap menjadi lebih bermakna. Maka marilah kita berdo’a kepada Allah swt semoga Allah
memasukkan kita ke dalam hamba-hambaNya yang pandai bersyukur, mentaati
perintahnya dan menjauhkan kita dari adzab dan siksanya yang sangat pedih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar